Hai...
Sebenarnya aku mengetahui pahlawan ini saat iseng searching.Saat sedang mencari-cari info terbaru di internet,aku melihat sebuah forum dengan tulisan "5 Pahlawan Tampan Indonesia".Tapi,yang paling membuatku tertarik adalah foto diatas tulisan tersebut.Dan sekarang aku tahu siapa gerangan yang ada di foto itu,beliau adalah
Nama aslinya adalah
Pierre Andries Tendean.Ia lahir di Batavia (sekarang Jakarta) 21 Februari 1939.
Pierre Tendean memiliki
ayah bernama dr A.L Tendean yang asli Minahasa,sedangkan ibunya bernama Cornell
M.E. yang berdarah Prancis-Belanda.Karena keturunan blasteran,sehingga ia
mempunyai wajah yang tampan.
Ia beragama Kristen
Protestan.
Pierre merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara.Kedua saudaranya perempuan,kakaknya bernama Mitzi
Ernasto Farre dan adiknya bernama Rooswidiati Tendean.
Tingginya 176 cm dan
beratnya 65 kg.
Beliau memiliki rambut
berwarna coklat menurut visum dokter.
Pierre pernah tinggal
di Jakarta,di Tasikmalaya dan Cisarua,lalu di Magelang dan Semarang.Di Magelang
inilah dia bersekolah SD.Setelah tamat,ia melanjutkan sekolahnya di SMP negeri 1
Semarang dan SMA bagian B Semarang.
Pierre kecil giat menanam
ubi,singkong,pepaya dan sayur-sayuran di tanah kosong sekitar rumahnya untuk
mengurangi beban keluarga.Saat bersekolah,Pierre selalu melepas sepatunya karena
ingin merasa senasib dengan teman-temannya.Ia juga selalu membantu
teman-temannya mencari siput di sawah saat libur,guna menambah lauk pauk
mereka.
Saat masih kecil,Pierre
pernah hanya memakan gaplek/tiwul karena harga makanan yang mahal.
Saat masuk SMP,ayahnya
memberinya sebuah sepeda.Dan saat masuk SMA,ayahnya memberi sebuah sepeda motor
Ducati.
Pierre sangat mudah
bergaul.Ia mudah menerima dan diterima di semua kalangan.Selain itu ia memiliki
sifat yang tenang,baik,dan ramah.
Ayahnya menginginkan
Pierre menjadi dokter,sedangkan ibunya menginginkannya menjadi insinyur.Akan
tetapi,cita-citanya menjadi perwira militer tumbuh saat duduk di kelas atas SMA.Sang
kakak mendukung keinginan adiknya tersebut,dan berhasil diterima masuk ATEKAD tahun
1958 sebagai taruna angkatan VI.
Pierre termasuk
menonjol terutama dalam bidang olahraga.Saat menjadi taruna,ia aktif sebagai pemain
tim inti di first team basket dan tenis taruna Atekad.
Karena keaktifannya di
bidang olahraga itulah yang membuatnya terkenal di kalangan remaja putri.Dengan
tubuh yang atletis dan wajah tampannya,ia mendapat julukan Si Ganteng dari Bumi
Panorama.Para remaja putri Bandung pun menjulukinya sebagai Robert Wagner dari
Panorama.Robert Wagner adalah nama aktor Amerika yang terkenal tahun
50-an,sedangkan Panorama adalah nama tempat pendidikan Atekad di Bandung.
Saat masih bersekolah,Pierre
pernah berkelahi menggunakan pisau hingga ada bekas luka di tangannya.Banyak
yang kabur saat polisi datang,namun Pierre tidak karena merasa bertanggung
jawab.Saat berada di kantor polisi,ayahnya datang untuk menjemput,namun ia tetap
tak mau dibebaskan dan akhirnya mendapat nasihat sama seperti teman-temannya
yang lain,baru diperbolehkan pulang.
Makanan kesukaannya
antara lain kue sus,sirup manis,ayam panggang dan sambal bajak.Tiap ada
kesempatan pulang ke Semarang,pasti ibunya sibuk membuat makanan-makanan itu.
Pierre selalu mendapat
nilai bagus dalam bahasa Jerman dan Inggris,mungkin karena ia selalu berbahasa
Belanda di rumah.
Pierre fasih berbahasa
Jawa,karena ia lama tinggal di Semarang.
Ia selalu menyempatkan
diri untuk mengirim surat,kepada kedua orang tuanya maupun ke kakak atau ke
adiknya.
Sebagai taruna,Pierre
selalu memperoleh uang saku.Kadang-kadang,ia mengirim surat pada ibunya, “Seandainya
mami memiliki uang belanja lebih, tolong kirimi saya, karena saya ingin membeli
film.”
Dalam sebuah surat ia
menceritakan kepada keluarganya,bahwa ia selalu dijadikan penerjemah oleh
atasannya jika ada tamu dari kapal asing di Pelabuhan Belawan, “Waktu-waktu
begitu aku selalu bisa makan enak.”
Ketika masih menjalani
pendidikan,yakni pada waktu masih menjadi Kopral Taruna,Pierre telah diikutkan
dalam operasi militer untuk menumpas pemberontakan Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI Permesta) di Sumatra.
Sebagai taruna Atekad,
ia ditempatkan dalam kesatuan Zeni Tempur Operasi Saptamarga.
Pierre dilantik menjadi
letnan dua pada pelantikan taruna Akademi Militer Jurusan Teknik Bandung di Yogyakarta,
19 Desember 1961 oleh Presiden Soekarno.
Pierre lulus tahun 1962,dengan
nilai yang sangat memuaskan.Setelah lulus, Pierre diangkat menjadi Komandan
Peleton pada Batalyon Zeni Tempur 2/Daerah militer (Dam) II Bukit Barisan yang
berkedudukan di Medan. Di tempat inilah Pierre mengenal Rukmini Chaimin, yang
kemudian menjadi kekasihnya hingga maut menjemput.
Pada 1963 Pierre
mengikuti pendidikan intelijen karena akan ditugaskan untuk melakukan
penyusupan ke daerah konflik, saat Indonesia mengadakan politik konfrontasi dengan
Malaysia (masa Dwikora).Dalam melaksanakan tugas ini ia diperbantukan pada
Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat yang bertugas di garis depan.Saat
ditugaskan untuk menyusup ke Malaysia dan berhasil menyusup tiga kali.Pada
penyusupan yang ketiga,speedboat yang ditumpanginya bersama kedua anak buahnya
dikejar sebuah kapal Inggris.Untuk menyelamatkan diri,ia bersama anak buahnya
terjun dan berenang ke arah perahu nelayan.Dengan bergantungan dan seluruh
badan terbenam dalam air,akhirnya mereka berhasil menyelamatkan diri dari
sergapan musuh.
Wajah bulenya membuat
Pierre dengan mudah bolak balik Indonesia-Singapura sebagai intelijen untuk
mengumpulkan data.
Kurang lebih Pierre
berhasil melakukan infiltrasi sebanyak 6 kali,yang terakhir nyaris membuatnya
terbunuh.
Prestasi Pierre kelak
selalu disombongkan oleh korps Zeni,yang mungkin membandingkannya dengan dua
orang prajurit marinir,Usman dan Harun.Usman dan Harun gugur meregang nyawa di negara
tetangga karena upaya spionase yang gagal.
Ibunya sangat khawatir
dengan tugas putranya tersebut,meminta Pierre untuk berpindah ke markas dan
menjadi staff.Namun Pierre tak mau dan lebih menyukai bekerja di lapangan.
Saat itu ada tiga jendral
yang memperebutkan Pierre untuk dijadikan ajudan.Yaitu Jenderal Abdul Harris
Nasution, Jenderal Hartawan dan Jenderal Dandi Kadarsan (ada juga yang menulis
AH. Nasution,Pranoto Reksosamudro dan Suwondo Parman.Saya tidak tahu mana yang
benar).Dan akhirnya A.H. Nasution yang berhasil.
Terhitung sejak 15
April 1965,Pierre akhirnya terpilih menjadi ajudan dari Jenderal A.H. Nasution.Pierre
yang tahu akan dijadikan ajudan A.H. Nasution berkata, “Aku cuma mau bertugas
sebagai ajudan selama setahun.Tidak lebih.Kalau diperpanjang,aku akan
menghadapi Kasad untuk minta pindah.” Namun ternyata ia hanya bertugas 6 bulan
hingga peristiwa berdarah itu terjadi dan merenggut nyawanya.
Sang ibu cukup dekat
dengan kedua mertua A.H. Nasution.Namun,bukan karena itu ia menjadikan Pierre sebagai
ajudannya.Tapi karena sifat ksatria yang ada di diri Pierre.
Saat Pak Nas berceramah
di kampus,saat itu ada ungkapan dari para mahasiswi “Telinga kami untuk Pak
Nas,tapi mata kami untuk ajudannya.” Ya,pasti taulah maksudnya... :D
Pada waktu menjadi
ajudan,Pierre berpangkat Letnan Satu.Untuk menambah gajinya,tiap malam ia
menjadi pengemudi traktor untuk meratakan tanah jadi satu di Monas.Yang saat
itu Monas belum jadi.Hasilnya,ia ingin memiliki TV yang sudah dipesannya.Saat
itu barang susah didapatkan,sehingga harus dipesan dulu.
Pierre merupakan Ajudan
Jendral A.H Nasution yang termuda,baik usia maupun dinasnya sebagai seorang
militer.
Pierre cukup dekat
dengan kedua anak A.H. Nasution.
Pierre bertemu pertama
kali dengan Siti Rukmini binti Chaimin saat sedang bertugas di Medan.Gadis itu
biasa dipanggil Mimin.Mereka diperkenalkan oleh muda-mudi disana.Gadis cantik
asli Jawa yang tinggal di Medan itu berhasil mencuri hatinya.Mereka sudah
menjalin hubungan yang serius,bahkan mereka berencana untuk menikah pada
November 1965.
Pierre pernah mengirim
surat untuk kakaknya “Mitz, aku wis ketemu jodoku. Wis yo Mitz, dongakake wae
mugo-mugo kelakon” (Mitz, aku sudah bertemu jodohku.Sudah doakan saja
mudah-mudahan tercapai).Katanya hubungan mereka sempat ditentang oleh keluarga
Pierre,mungkin karena perbedaan agama.Saat Pak Nas sedang ke Medan,Pierre juga
sempat menemui Rukmini untuk memantapkan rencana pernikahan mereka.Menurut
penuturan seseorang,pada petang hari 30 September Pierre masih sempat melihat
sebuah paviliun yang akan dikontraknya,yang niatnya dijadikan tempat tinggal
saat sudah berumah tangga dengan Rukmini.
Namun takdir berkata
lain.Pierre meninggal sebulan sebelumnya.Rukmini yang mendengar kabar tersebut sangat
terpukul.Namun akhirnya Rukmini menikah lima tahun kemudian dengan orang lain.Gadis
ini,kelak pada saat perayaan kesaktian pancasila yang kedua,tahun 1967 dipeluk
erat oleh Bung Karno di Lubang Buaya.
Ini dia Rukmini,sang pujaan hati
Ketika adiknya,Rooswidiati
menikah dengan Jusuf Razak pada tanggal 2 Juli 1965.Pierre memberikan uang yang
di bungkus dengan koran kepada ibunya. “Mam,ini sumbangan saya untuk pernikahan
Roos.” Uang itu ternyata gajinya selama tugas Dwikora.Dari dolar,uang itu
dirupiahkannya sehingga kelihatan banyak.Pierre sebagai kakak juga menasehati
adiknya itu,dan menanyakan apakah ia memang sudah siap berumah tangga.
Roos ingat saat saling
berpandangan dengan Pierre.Ketika harus menandatangani surat nikah,Pierre
menangis memeluk adiknya.Rooswidiati pun menangis di dadanya.Kepada
suaminya,Pierre berkata “Mas,aku titip adikku dan tolong jaga dia.”
Tanggal 30 September
adalah hari ulang tahun ibu Pierre.Beberapa hari sebelumnya,ia memberitahu pada
keluarga tidak bisa pulang ke Semarang karena harus bertugas sampai siang hari.Ia
berjanji akan pulang keesokan harinya bersama adik iparnya,Jusuf Razak.Pada
tanggal 1 Oktober,adik iparnya itu menjemput Pierre di rumah Pak
Nas.Namun,didepan rumahnya banyak tentara berjaga-jaga.Salah seorang tentara
berkata bahwa Pak Nas dan Pierre sedang bertugas.Jadilah Jusuf Razak pulang
sendirian ke Semarang.
Dan satu hal ganjil
yaitu Pierre biasanya menyempatkan menelpon untuk mengucapkan selamat jika ada
yang berulang tahun.Namun,hal ini tak terjadi saat ulang tahun ibunya pada saat
itu.
Malam itu seharusnya
Pierre tidak bertugas,tapi pertukaran shift membuat Pierre menemui ajal bersama
6 jenderal lainnya.
Pierre yang saat itu
sedang tidur di paviliun rumah Pak Nas,segera bangun karena mendengar
kegaduhan.Ketika keluar ia sudah menjinjing senjata,namun ia ditangkap oleh
gerombolan penculik yang mengaku Tjakrabirawa.Pierre ditanya siapa dirinya.Ia
menjawab “Saya Ajudan Jendral Nasution.”.Namun gerombolan penculik salah
dengar,dan salah satu dari mereka membunyikan peluit tanda bahwa sasaran sudah
ditemukan.Pierre kemudian diculik dan dibawa ke Lubang Buaya.Ia dibunuh bersama
dengan keenam jendral dan dimasukkan ke sumur tua di Lubang Buaya.
Para gerombolan
penculik sebenarnya sudah mengetahui bahwa yang mereka tangkap bukanlah Pak
Nas,akan tetapi mereka tetap membunuh Pierre.
Saat disiksa,Pierre
tampak melawan.Dan dialah yang paling berani diantara yang lain.Sehingga (ada
yang menyebutkan) Pierre disuruh berjongkok dan ditembak dari arah belakang.
Ia gugur dalam usia
muda,26 tahun.
Pierre akhirnya dimakamkan
di Taman Makam Pahlawan Kalibata bersama enam perwira korban G30S lainnya.
Ia ditetapkan sebagai
Pahlawan Revolusi Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1965.
Pasca kematiannya,ia
secara anumerta dipromosikan menjadi kapten.Sejumlah jalan juga dinamai sesuai
namanya,termasuk di Manado,Balikpapan, dan di Jakarta.
Sebenarnya ada sebuah
benda yang ditemukan di kantung Pierre saat meninggal,namun hal ini
disembunyikan keluarganya karena dinilai tak pantas.
Pierre menyukai aliran
country,rock and roll,pop,sampai musik tradisional Jawa.Berikut beberapa lagu
yang pernah jadi kesukaannya:
~Jim Reeves -
"He's have to go"
~Eddy Arnold -
"Make The World Go Away"
~Elvis Presley -
"Are You Lonesome Tonight"
~Dickie Lee -
"Patches"
~The Four Tops -
"Baby I Need Your Loving"
~Alice Iskak -
"Paula"
~Lilis Suryani -
"Di Kala Malam Tiba"
Info ini didapatkan dari
komunitas pecinta sejarah yang mendengar penuturan langsung seorang penyiar
radio RRI di Jakarta tahun 1960-an,dimana Pierre pernah meminjam piringan hitam
lagu-lagu tersebut disana.Tampaknya Pierre merupakan orang yang romantis,ya :)
Katanya kisah hidup
Pierre sempat akan dijadikan film.Namun,setelah dilihat hasilnya keluarga tidak
setuju karena banyak kisah yang dilebih-lebihkan.
Ada juga yang bilang
naskah film sudah lengkap (termasuk kisah asmara nya).Hanya saja dalang di
balik peristiwa G30S masih simpang siur,sehingga film ini tak jadi dibuat. :(
Berikut adalah hasil
visum Pierre Tendean
Mayat P. Tendean
dikenali dari pakaian yang dikenakannya, gigi geligi dan sebuah cincin logam dengan
batu cincin berwarna biru.
Pada mayat P. Tendean
tim dokter menemukan:
(a) empat luka tembak
masuk di bagian belakang,
(b) dua luka tembak
keluar bagian depan,
(c) luka-luka lecet di
dahi dan tangan kiri, dan
(d) tiga luka ternganga
karena kekerasan tumpul di bagian kepala.
Untuk yang (d) itu
entah karena kekerasan tumpul atau karena dijatuhkan ke dalam sumur.
Nah,sekian beberapa fakta tentang Pierre Tendean.Maaf ya kalau kepanjangan,soalnya memang cukup banyak sih.. :D
Dan ini ada beberapa foto beliau:
Pierre Tendean dan kakaknya,Mitzi Farre sekitar tahun 1940
Pierre Tendean saat masih balita,yang berbaju putih
Pierre Tendean saat SR (sekolah rakyat=sekolah dasar)
Pierre Tendean saat SMP,sekitar awal 1950-an
Pierre Tendean saat SMA
Pierre Tendean saat menjadi taruna Atekad
Pierre Tendean saat menjadi taruna tingkat 1 Atekad
Pierre Tendean dan teman-teman 'seperjuangannya' (ayo tebak yg mana ^^)
Pierre Tendean dan teman-teman di first team basket (coba yang mana ><)
Pierre Tendean bersama ayah,ibu,Mitzi,dan Hendro-sepupunya
...?
Ini surat tulisan tangan yang Pierre kirim untuk keluarganya
Pierre Tendean,Rooswidiati (adik),dan Mitzi (kakak)-duduk
Pierre Tendean dan keluarga
Letnan Dua Pierre Tendean
Pierre Tendean yang gagah dan tampan :)
Pierre Tendean,tampak gagah berani :)
Pierre Tendean bersama ayah,ibu,dan kakak
Saat pernikahan adiknya,Rooswidiati dan Jusuf Razak, Juli 1965
Pierre Tendean,foto diambil 10 hari sebelum G30S :'(
Pierre Tendean dan Ade Irma Suryani Nasution,foto diambil 7 hari sebelum G30S :'(
Pak Nas dikawal Pierre Tendean (belakang) foto diambil 1 hari sebelum G30S :'(
Foto jenazah Pierre Tendean setelah di angkat dari sumur (maaf fotonya agak tragis)
Hasil Visum Et Repertum Pierre Tendean
Selamat jalan,pahlawanku :')
Kisah hidup beliau amatlah singkat,tapi banyak kenangan yang ada..
Saya merupakan fans Pierre Tendean,dan saya berharap semoga dengan postingan ini selain menambah pengetahuan juga agar beliau tetap dikenang sepanjang masa :') *mengheningkan cipta*
Semoga beliau tenang disana..
Dan semoga bermanfaat,terimakasih telah membaca :)
Sumber: lilinkecilisna.blogspot.com , l1n92.blogspot.com , wikipedia , kaskus , dan masih banyak lagi yang pernah saya baca ;)