Rabu, 24 Juni 2015

Pierre Tendean, Pahlawan Tampan yang Tinggal Kenangan

Hai...
Sebenarnya aku mengetahui pahlawan ini saat iseng searching.Saat sedang mencari-cari info terbaru di internet,aku melihat sebuah forum dengan tulisan "5 Pahlawan Tampan Indonesia".Tapi,yang paling membuatku tertarik adalah foto diatas tulisan tersebut.Dan sekarang aku tahu siapa gerangan yang ada di foto itu,beliau adalah
Pierre Tendean,Sang Pahlawan Revolusi 

 

Beliau adalah Kapten CZI Anumerta Pierre Andries Tendean.Salah satu pahlawan revolusi,dan korban dari peristiwa G30S.Dia adalah korban yang paling muda (dan naasnya) sebenarnya bukan dia yang seharusnya diculik T_T 
Selain yang paling muda,menurut saya dia juga yang paling tampan ;3
Saat saya mencari tahu lebih banyak tentang 'Pak' Pierre (sayang sekali sebenarnya dia belum pernah merasakan menjadi seorang bapak),saya mendapatkan beberapa fakta yang membuat saya semakin tertarik mengetahui kisah hidupnya (dan fotonya,hehe).Sehingga saya semakin nge-fans pada beliau :) 
Seharusnya pada bulan November 1965,dia merasakan indahnya pernikahan dengan kasih hatinya,Rukmini.Tapi,sayang takdir berkata lain.Ia meninggal sebulan sebelumnya.
Dan masih banyak lagi fakta tentang beliau.Inilah beberapa fakta tentang  beliau yang lain: 


Nama aslinya adalah Pierre Andries Tendean.Ia lahir di Batavia (sekarang Jakarta) 21 Februari 1939.

Pierre Tendean memiliki ayah bernama dr A.L Tendean yang asli Minahasa,sedangkan ibunya bernama Cornell M.E. yang berdarah Prancis-Belanda.Karena keturunan blasteran,sehingga ia mempunyai wajah yang tampan.

Ia beragama Kristen Protestan.

Pierre merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.Kedua saudaranya perempuan,kakaknya bernama Mitzi Ernasto Farre dan adiknya bernama Rooswidiati Tendean.

Tingginya 176 cm dan beratnya 65 kg.

Beliau memiliki rambut berwarna coklat menurut visum dokter.

Pierre pernah tinggal di Jakarta,di Tasikmalaya dan Cisarua,lalu di Magelang dan Semarang.Di Magelang inilah dia bersekolah SD.Setelah tamat,ia melanjutkan sekolahnya di SMP negeri 1 Semarang dan SMA bagian B Semarang.

Pierre kecil giat menanam ubi,singkong,pepaya dan sayur-sayuran di tanah kosong sekitar rumahnya untuk mengurangi beban keluarga.Saat bersekolah,Pierre selalu melepas sepatunya karena ingin merasa senasib dengan teman-temannya.Ia juga selalu membantu teman-temannya mencari siput di sawah saat libur,guna menambah lauk pauk mereka.

Saat masih kecil,Pierre pernah hanya memakan gaplek/tiwul karena harga makanan yang mahal.

Saat masuk SMP,ayahnya memberinya sebuah sepeda.Dan saat masuk SMA,ayahnya memberi sebuah sepeda motor Ducati.

Pierre sangat mudah bergaul.Ia mudah menerima dan diterima di semua kalangan.Selain itu ia memiliki sifat yang tenang,baik,dan ramah.

Ayahnya menginginkan Pierre menjadi dokter,sedangkan ibunya menginginkannya menjadi insinyur.Akan tetapi,cita-citanya menjadi perwira militer tumbuh saat duduk di kelas atas SMA.Sang kakak mendukung keinginan adiknya tersebut,dan berhasil diterima masuk ATEKAD tahun 1958 sebagai taruna angkatan VI.

Pierre termasuk menonjol terutama dalam bidang olahraga.Saat menjadi taruna,ia aktif sebagai pemain tim inti di first team basket dan tenis taruna Atekad.

Karena keaktifannya di bidang olahraga itulah yang membuatnya terkenal di kalangan remaja putri.Dengan tubuh yang atletis dan wajah tampannya,ia mendapat julukan Si Ganteng dari Bumi Panorama.Para remaja putri Bandung pun menjulukinya sebagai Robert Wagner dari Panorama.Robert Wagner adalah nama aktor Amerika yang terkenal tahun 50-an,sedangkan Panorama adalah nama tempat pendidikan Atekad di Bandung.

Saat masih bersekolah,Pierre pernah berkelahi menggunakan pisau hingga ada bekas luka di tangannya.Banyak yang kabur saat polisi datang,namun Pierre tidak karena merasa bertanggung jawab.Saat berada di kantor polisi,ayahnya datang untuk menjemput,namun ia tetap tak mau dibebaskan dan akhirnya mendapat nasihat sama seperti teman-temannya yang lain,baru diperbolehkan pulang.

Makanan kesukaannya antara lain kue sus,sirup manis,ayam panggang dan sambal bajak.Tiap ada kesempatan pulang ke Semarang,pasti ibunya sibuk membuat makanan-makanan itu.

Pierre selalu mendapat nilai bagus dalam bahasa Jerman dan Inggris,mungkin karena ia selalu berbahasa Belanda di rumah.

Pierre fasih berbahasa Jawa,karena ia lama tinggal di Semarang.

Ia selalu menyempatkan diri untuk mengirim surat,kepada kedua orang tuanya maupun ke kakak atau ke adiknya.

Sebagai taruna,Pierre selalu memperoleh uang saku.Kadang-kadang,ia mengirim surat pada ibunya, “Seandainya mami memiliki uang belanja lebih, tolong kirimi saya, karena saya ingin membeli film.”

Dalam sebuah surat ia menceritakan kepada keluarganya,bahwa ia selalu dijadikan penerjemah oleh atasannya jika ada tamu dari kapal asing di Pelabuhan Belawan, “Waktu-waktu begitu aku selalu bisa makan enak.”

Ketika masih menjalani pendidikan,yakni pada waktu masih menjadi Kopral Taruna,Pierre telah diikutkan dalam operasi militer untuk menumpas pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI Permesta) di Sumatra.

Sebagai taruna Atekad, ia ditempatkan dalam kesatuan Zeni Tempur Operasi Saptamarga.

Pierre dilantik menjadi letnan dua pada pelantikan taruna Akademi Militer Jurusan Teknik Bandung di Yogyakarta, 19 Desember 1961 oleh Presiden Soekarno.

Pierre lulus tahun 1962,dengan nilai yang sangat memuaskan.Setelah lulus, Pierre diangkat menjadi Komandan Peleton pada Batalyon Zeni Tempur 2/Daerah militer (Dam) II Bukit Barisan yang berkedudukan di Medan. Di tempat inilah Pierre mengenal Rukmini Chaimin, yang kemudian menjadi kekasihnya hingga maut menjemput.

Pada 1963 Pierre mengikuti pendidikan intelijen karena akan ditugaskan untuk melakukan penyusupan ke daerah konflik, saat Indonesia mengadakan politik konfrontasi dengan Malaysia (masa Dwikora).Dalam melaksanakan tugas ini ia diperbantukan pada Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat yang bertugas di garis depan.Saat ditugaskan untuk menyusup ke Malaysia dan berhasil menyusup tiga kali.Pada penyusupan yang ketiga,speedboat yang ditumpanginya bersama kedua anak buahnya dikejar sebuah kapal Inggris.Untuk menyelamatkan diri,ia bersama anak buahnya terjun dan berenang ke arah perahu nelayan.Dengan bergantungan dan seluruh badan terbenam dalam air,akhirnya mereka berhasil menyelamatkan diri dari sergapan musuh.

Wajah bulenya membuat Pierre dengan mudah bolak balik Indonesia-Singapura sebagai intelijen untuk mengumpulkan data.

Kurang lebih Pierre berhasil melakukan infiltrasi sebanyak 6 kali,yang terakhir nyaris membuatnya terbunuh.

Prestasi Pierre kelak selalu disombongkan oleh korps Zeni,yang mungkin membandingkannya dengan dua orang prajurit marinir,Usman dan Harun.Usman dan Harun gugur meregang nyawa di negara tetangga karena upaya spionase yang gagal.

Ibunya sangat khawatir dengan tugas putranya tersebut,meminta Pierre untuk berpindah ke markas dan menjadi staff.Namun Pierre tak mau dan lebih menyukai bekerja di lapangan.

Saat itu ada tiga jendral yang memperebutkan Pierre untuk dijadikan ajudan.Yaitu Jenderal Abdul Harris Nasution, Jenderal Hartawan dan Jenderal Dandi Kadarsan (ada juga yang menulis AH. Nasution,Pranoto Reksosamudro dan Suwondo Parman.Saya tidak tahu mana yang benar).Dan akhirnya A.H. Nasution yang berhasil.

Terhitung sejak 15 April 1965,Pierre akhirnya terpilih menjadi ajudan dari Jenderal A.H. Nasution.Pierre yang tahu akan dijadikan ajudan A.H. Nasution berkata, “Aku cuma mau bertugas sebagai ajudan selama setahun.Tidak lebih.Kalau diperpanjang,aku akan menghadapi Kasad untuk minta pindah.” Namun ternyata ia hanya bertugas 6 bulan hingga peristiwa berdarah itu terjadi dan merenggut nyawanya.

Sang ibu cukup dekat dengan kedua mertua A.H. Nasution.Namun,bukan karena itu ia menjadikan Pierre sebagai ajudannya.Tapi karena sifat ksatria yang ada di diri Pierre.

Saat Pak Nas berceramah di kampus,saat itu ada ungkapan dari para mahasiswi “Telinga kami untuk Pak Nas,tapi mata kami untuk ajudannya.” Ya,pasti taulah maksudnya... :D

Pada waktu menjadi ajudan,Pierre berpangkat Letnan Satu.Untuk menambah gajinya,tiap malam ia menjadi pengemudi traktor untuk meratakan tanah jadi satu di Monas.Yang saat itu Monas belum jadi.Hasilnya,ia ingin memiliki TV yang sudah dipesannya.Saat itu barang susah didapatkan,sehingga harus dipesan dulu.

Pierre merupakan Ajudan Jendral A.H Nasution yang termuda,baik usia maupun dinasnya sebagai seorang militer.

Pierre cukup dekat dengan kedua anak A.H. Nasution.

Pierre bertemu pertama kali dengan Siti Rukmini binti Chaimin saat sedang bertugas di Medan.Gadis itu biasa dipanggil Mimin.Mereka diperkenalkan oleh muda-mudi disana.Gadis cantik asli Jawa yang tinggal di Medan itu berhasil mencuri hatinya.Mereka sudah menjalin hubungan yang serius,bahkan mereka berencana untuk menikah pada November 1965.
Pierre pernah mengirim surat untuk kakaknya “Mitz, aku wis ketemu jodoku. Wis yo Mitz, dongakake wae mugo-mugo kelakon” (Mitz, aku sudah bertemu jodohku.Sudah doakan saja mudah-mudahan tercapai).Katanya hubungan mereka sempat ditentang oleh keluarga Pierre,mungkin karena perbedaan agama.Saat Pak Nas sedang ke Medan,Pierre juga sempat menemui Rukmini untuk memantapkan rencana pernikahan mereka.Menurut penuturan seseorang,pada petang hari 30 September Pierre masih sempat melihat sebuah paviliun yang akan dikontraknya,yang niatnya dijadikan tempat tinggal saat sudah berumah tangga dengan Rukmini.
Namun takdir berkata lain.Pierre meninggal sebulan sebelumnya.Rukmini yang mendengar kabar tersebut sangat terpukul.Namun akhirnya Rukmini menikah lima tahun kemudian dengan orang lain.Gadis ini,kelak pada saat perayaan kesaktian pancasila yang kedua,tahun 1967 dipeluk erat oleh Bung Karno di Lubang Buaya.
Ini dia Rukmini,sang pujaan hati 


Ketika adiknya,Rooswidiati menikah dengan Jusuf Razak pada tanggal 2 Juli 1965.Pierre memberikan uang yang di bungkus dengan koran kepada ibunya. “Mam,ini sumbangan saya untuk pernikahan Roos.” Uang itu ternyata gajinya selama tugas Dwikora.Dari dolar,uang itu dirupiahkannya sehingga kelihatan banyak.Pierre sebagai kakak juga menasehati adiknya itu,dan menanyakan apakah ia memang sudah siap berumah tangga.
Roos ingat saat saling berpandangan dengan Pierre.Ketika harus menandatangani surat nikah,Pierre menangis memeluk adiknya.Rooswidiati pun menangis di dadanya.Kepada suaminya,Pierre berkata “Mas,aku titip adikku dan tolong jaga dia.”

Tanggal 30 September adalah hari ulang tahun ibu Pierre.Beberapa hari sebelumnya,ia memberitahu pada keluarga tidak bisa pulang ke Semarang karena harus bertugas sampai siang hari.Ia berjanji akan pulang keesokan harinya bersama adik iparnya,Jusuf Razak.Pada tanggal 1 Oktober,adik iparnya itu menjemput Pierre di rumah Pak Nas.Namun,didepan rumahnya banyak tentara berjaga-jaga.Salah seorang tentara berkata bahwa Pak Nas dan Pierre sedang bertugas.Jadilah Jusuf Razak pulang sendirian ke Semarang.

Dan satu hal ganjil yaitu Pierre biasanya menyempatkan menelpon untuk mengucapkan selamat jika ada yang berulang tahun.Namun,hal ini tak terjadi saat ulang tahun ibunya pada saat itu.

Malam itu seharusnya Pierre tidak bertugas,tapi pertukaran shift membuat Pierre menemui ajal bersama 6 jenderal lainnya.

Pierre yang saat itu sedang tidur di paviliun rumah Pak Nas,segera bangun karena mendengar kegaduhan.Ketika keluar ia sudah menjinjing senjata,namun ia ditangkap oleh gerombolan penculik yang mengaku Tjakrabirawa.Pierre ditanya siapa dirinya.Ia menjawab “Saya Ajudan Jendral Nasution.”.Namun gerombolan penculik salah dengar,dan salah satu dari mereka membunyikan peluit tanda bahwa sasaran sudah ditemukan.Pierre kemudian diculik dan dibawa ke Lubang Buaya.Ia dibunuh bersama dengan keenam jendral dan dimasukkan ke sumur tua di Lubang Buaya.  

Para gerombolan penculik sebenarnya sudah mengetahui bahwa yang mereka tangkap bukanlah Pak Nas,akan tetapi mereka tetap membunuh Pierre.

Saat disiksa,Pierre tampak melawan.Dan dialah yang paling berani diantara yang lain.Sehingga (ada yang menyebutkan) Pierre disuruh berjongkok dan ditembak dari arah belakang.

Ia gugur dalam usia muda,26 tahun.

Pierre akhirnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata bersama enam perwira korban G30S lainnya.

Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1965.

Pasca kematiannya,ia secara anumerta dipromosikan menjadi kapten.Sejumlah jalan juga dinamai sesuai namanya,termasuk di Manado,Balikpapan, dan di Jakarta.

Sebenarnya ada sebuah benda yang ditemukan di kantung Pierre saat meninggal,namun hal ini disembunyikan keluarganya karena dinilai tak pantas.

Pierre menyukai aliran country,rock and roll,pop,sampai musik tradisional Jawa.Berikut beberapa lagu yang pernah jadi kesukaannya:
~Jim Reeves - "He's have to go"
~Eddy Arnold - "Make The World Go Away"
~Elvis Presley - "Are You Lonesome Tonight"
~Dickie Lee - "Patches"
~The Four Tops - "Baby I Need Your Loving"
~Alice Iskak - "Paula"
~Lilis Suryani - "Di Kala Malam Tiba"
Info ini didapatkan dari komunitas pecinta sejarah yang mendengar penuturan langsung seorang penyiar radio RRI di Jakarta tahun 1960-an,dimana Pierre pernah meminjam piringan hitam lagu-lagu tersebut disana.Tampaknya Pierre merupakan orang yang romantis,ya :)

Katanya kisah hidup Pierre sempat akan dijadikan film.Namun,setelah dilihat hasilnya keluarga tidak setuju karena banyak kisah yang dilebih-lebihkan.

Ada juga yang bilang naskah film sudah lengkap (termasuk kisah asmara nya).Hanya saja dalang di balik peristiwa G30S masih simpang siur,sehingga film ini tak jadi dibuat. :(  

Berikut adalah hasil visum Pierre Tendean
Mayat P. Tendean dikenali dari pakaian yang dikenakannya, gigi geligi dan sebuah cincin logam dengan batu cincin berwarna biru.
Pada mayat P. Tendean tim dokter menemukan:
(a) empat luka tembak masuk di bagian belakang,
(b) dua luka tembak keluar bagian depan,
(c) luka-luka lecet di dahi dan tangan kiri, dan
(d) tiga luka ternganga karena kekerasan tumpul di bagian kepala.

Untuk yang (d) itu entah karena kekerasan tumpul atau karena dijatuhkan ke dalam sumur.

Nah,sekian beberapa fakta tentang Pierre Tendean.Maaf ya kalau kepanjangan,soalnya memang cukup banyak sih.. :D  
Dan ini ada beberapa foto beliau: 
Pierre Tendean dan kakaknya,Mitzi Farre sekitar tahun 1940 

Pierre Tendean saat masih balita,yang berbaju putih 

Pierre Tendean saat SR (sekolah rakyat=sekolah dasar) 

Pierre Tendean saat SMP,sekitar awal 1950-an 

Pierre Tendean saat SMA 

Pierre Tendean saat menjadi taruna Atekad 

Pierre Tendean saat menjadi taruna tingkat 1 Atekad 

Pierre Tendean dan teman-teman 'seperjuangannya' (ayo tebak yg mana ^^) 

Pierre Tendean dan teman-teman di first team basket (coba yang mana ><) 

Pierre Tendean bersama ayah,ibu,Mitzi,dan Hendro-sepupunya 

...? 

Ini surat tulisan tangan yang Pierre kirim untuk keluarganya 

Pierre Tendean,Rooswidiati (adik),dan Mitzi (kakak)-duduk 

Pierre Tendean dan keluarga 

Letnan Dua Pierre Tendean 

Pierre Tendean yang gagah dan tampan :) 

Pierre Tendean,tampak gagah berani :) 

Pierre Tendean bersama ayah,ibu,dan kakak 

Saat pernikahan adiknya,Rooswidiati dan Jusuf Razak, Juli 1965 

Pierre Tendean,foto diambil 10 hari sebelum G30S :'( 

Pierre Tendean dan Ade Irma Suryani Nasution,foto diambil 7 hari sebelum G30S :'( 

Pak Nas dikawal Pierre Tendean (belakang) foto diambil 1 hari sebelum G30S :'( 

Foto jenazah Pierre Tendean setelah di angkat dari sumur (maaf fotonya agak tragis) 

Hasil Visum Et Repertum Pierre Tendean 

Selamat jalan,pahlawanku :') 

Kisah hidup beliau amatlah singkat,tapi banyak kenangan yang ada.. 
Saya merupakan fans Pierre Tendean,dan saya berharap semoga dengan postingan ini selain menambah pengetahuan juga agar beliau tetap dikenang sepanjang masa :') *mengheningkan cipta* 
Semoga beliau tenang disana.. 
Dan semoga bermanfaat,terimakasih telah membaca :) 

Sumber: lilinkecilisna.blogspot.com , l1n92.blogspot.com , wikipedia , kaskus , dan masih banyak lagi yang pernah saya baca ;)